"KOMUNITAS PECINTA SEJARAH KOTA TUA"

Sabtu, 18 Juni 2011

Riwayat Tanahabang

Sejarah Tanahabang dimulai pada abad ke – 17 ketika terjadi perluasan kota Batavia kea rah selatan. Pada mulannya wilayah perluasan kota Batavia itu merupakan tanah milik pribadi orang – orang kaya Belanda. Pada tahun 1733 Tanahabang menjadi milik Justinus Vinck. Sebelumnya, Vinck juga memiliki tanah disebelah timur Weltevreden ( Lapangan Banteng sekarang ). Karena naluri bisnisnya, maka Vinck mendirikan pasar Weltevreden dan pasar Tanahabang di atasnya.

Surat izin untuk kedua pasar keluar pada 30 Agustus 1735. dalam surat izin dicantumkan juga bahwa hari pasar Weltevreden adalah hari senin, sementara untuk pasar Tanahabang hari sabtu. Namun sejak tahun 1751 untuk pasar Tanahabang ditambah hari rabu.

Ketika itu bangunan pasar masih amat sederhana, berbahan bamboo dan rumbia. Pemilik kios umumnya orang China. Barang yang boleh dijual di pasar ditentukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pasar Tanahabang kebagian tekstil, kelontong, dan sedikit sayuran.

Nama Tanahabang sendiri diperkirakan sudah dikenal pada kuartal pertama abad ke – 17. kemungkinan berhubungan dengan tentara mataram yang datang menyerbu VOC di Batavia pada tahun 1628. dulu, wilayah wilayah ini masih merupakan tanah bukit dengan rawa – rawa di sekelilingnya,. Tanahnya amsih berwarna merah karna itu tentara mataram mengguakan sebagai basis pertahanan. Dalam bahasa Jawa, merah disebut abang

Baru lima tahun berdiri, pasar Tanahabang kena imbas peristiwa pembantaian etnis China pada tahun 1740. ketika itu banyak kios dirusak, di porakporandakan, dan dibakar. Akibatnya orang – orang China menyingkir ke daerah pinggiran. Dengan demikian wilayah Tanahabang menjadi sepi.

Pemerintah Belanda yang merasakan dampak itu, mulai melakukan pendekatan kepada orang – orang China untuk bergerak kembali memutar roda perekonomian. Bersamaan dengan perkembangan daerah Tanahabang berkat adannya pasar, daerah itu pun terkenal sebagai tanah kuburan.

Pekuburan Tanahabang dibuka pada tahun 1795. banyak pemuka amsyarakan dimakamkan disitu. Begitu tersohornya pekuburan Tanahabang, sampai – sampai orang Belanda sering berseloroh “terug naar Tanahabang” masksudnya “masuk liang kubur”.

Pada masa kemudian Tanahabang dikenal sebagai pasar kambing. Apalagi sedikit demi sedikit orang – orang Arab yang dikenal doyan makan kambing, bermukim di Tanahabang.

( Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar