"KOMUNITAS PECINTA SEJARAH KOTA TUA"

Sabtu, 18 Juni 2011

Kapal Belanad Pertama di Jayakarta


Kapal Belanda pertama yang berlabuh di Jayakarta adalah Hollandia pimpinan Cornelis de Houtman pada November tahun 1596. dalam dokumen berbahasa latin karya Th de Bry (1601) yang kemudian diterjemahkan oleh Adolf Heuken, Jayakarta disebut lacatra ( sumber – sumber asli sejarah jilid II, 2000 ). Pamanukan dan Karawang juga disebut – sebut.

Dikatakan, Jayakarta merupakan daerah yang sangat subur untuk segala macam tanaman. Daerah ini dilalui sungai yang baik. Air sungai ini sangat cocok untuk menyegarkan para pelaut. Kita dapat menduga, ketika itu air sungai Ciliwung sangat bersih.
Kapal Belanda itu bertujuan mencari rempah – rempah. Dari Ciliwung kapal menuju sungai Tanara, yang terletak delapan mil kea rah timur dari Banten. Pada hari berikutnnya seorang Ethiopia, dari bangsa Gujarat bernama Abdul, naik ke kapal di Banten. Dia bertugas sebagai pemandu dan penerjemah karena fasih berbahasa Jawa, Melayu, dan Portugis. Dia ikut sampai ke Eropa dan menjadi penerjemah pada pelayaran yang ke dua.

Bagian lain laporan tersebut mengatakan, dekat dengan pantai terdapat pulau kecil. Di antara semua pulau, kapal dapat berlayar dengan agak aman. Bahkan banyak dari pulau dihiasi kebun dan taman yang bagus, juga menghasilkan buah – buah Jawa. Di antara pulau – pulau. Banyak banyak terdapat ikans sehingga banyak nelayan Banten pergi kesitu untuk menangkap ikan.

Satu mil ke hulu kelihatan desa besar, yang rupanya termasuk wilayah kuasa raja dari Jayakarta. Pada hari berikutnya beberapa orang Tionghoa datang dengan perahu dan naik ke kapal. Mereka membawa beberapa tempat minuman keras. Rupanya mereka mau ke Jayakarta untuk memperoleh barang – barang kebutuhan lain sebagai barang dagangan.
Banyak buah – buahan dibawa oleh awak kapal. Mereka berdagang dengan damai dan tenang. Raja sempat mendatangi kapal Hollandia. Dia dikawal oleh banyak orang terkemuka dan bangsawan. Setelah meninjau kapal, makanan kecil dipersembahkan kepadanya. Raja berterima aksih karena diterima dengan baik dan memperoleh cenderamata.
( Djulianto susantio, pemerhati sejarah danbudaya )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar