Minggu, 08 Mei 2011
Cagar Budaya Condet dan Rumah Betawi
Salah satu situs arkeologi di wilayah Jakarta yang sebenarnnya cukup potensial adalah Condet. Menurut para arkeolog, kemungkinan daerah Condet termasuk hunian pertama masyarakat prasejarah dari masa perundagian. Temuan arkeologis dari situs tersebut menunjukan sedikitnnya masa 3.000 SM.
Penelitian pertama situs Condet dimuali tahun 1976, saat Condet dicanangkan sebagai kawasan cagar budaya oleh gubernur Ali Sadikin.
Ekskavasi arkeologi pertama dilakukan disini pada 1979. ketika itu temuan-temuan yang diperoleh berupa gerabah berhias, beliung persegi, batu asah, batu cetakan, batu serpihan, fosil, dan parang besi. Ekskavasi selanjutnnya menghasilkan gerabah, batu serpihan terakota, dan mata panah dari batu kalsedon. Berarti di zaman itu orang telah hidup dan tinggal di Condet.mereka mempergunakan benda-benda tadi sebagai alat untuk menebang pohon, memotong dan untuk berbagai keperluan lainnya.
Tafsiran sebagai kawasan purba, juga ditandai adannya toponim di Condet seperti nama jalan Batu Alam, Batu Ampar, dan Balekambang. Dalam tradisi purba, Batu Alam adalah tempat melantik raja baru. Sementara Batu Ampar atau Batu Ceper adalah batu tempat meletakan sesajen dan dan Bale Kambang adalah tempat pesanggrahan raja-raja.
Kecuali banyak mengandung peninggalan arkeologi, wilayah Condet juga memiliki ciri kebudayaan yang khas berupa rumah tradisional Betawi. Sayang, seiring pertumbuhan penduduk dan masalah ekonomi, banyak properti milik pemukim asli dibeli orang-orang berduit. Sebagai gantinnya, diatas lahan tersebut berdiri rumah-rumah mewah bergaya moderen. Padahal, pembangunan tersebut pernah dipersoalkan karna tidak didukung oleh kegiatan Analisis mengenai Dampak Lingkungan atau Amdal. Akibatnnya kini rumah-rumah warga asli Condet tidak lagi dikelilingi perkebunan salak dan duku.
Pada 1970-an tercatat adannya tujuh rumah tradisional Betawi. Rumah itu terlestarikan karna adannya bantuan dana pemeliharaan dari Gubernur Ali Sadikin. Namun sejak beliau meninggalkan jabatan, para penggantinnya tidak lagi memberikan perhatian.
Rumah tradisional Betawi di sini mempunnyai beberapa keunikan. Pengaruh China banyak terdapat di rumah ini, baik dari segi arsitektur maupun sebutan bagian-bagian rumah atau ruangan. Yang paling khas dari rumah ini adannya jendela bujang yang bisa digese ke kiri dan kekanan. Jendela ini berfungsi agar sang gadis bisa mengintip sang bujang yang akan meminangnnya .
(Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar