"KOMUNITAS PECINTA SEJARAH KOTA TUA"

Rabu, 18 Mei 2011

Ciliwung Riwayatmu Dulu


banjir lagi, banjir lagi. Di Jakarta ditangan ahlinnya saja masih kewalahan menghadapi fenomena yang satu ini. Jangankan menghilangkan, meminimaliskan banjir saja bukanmain sulitnnya.
Prilaku masyarakat dituding menjadi penyebab terjadinnya banjir atau genangan. Membuang sampah sembarangan sehingga drainase menjadi tersumbat memang merupakan pemandangan sehari-hari, terutama di wilayah-wilayah sepanjang bantaran Sungai Ciliwung.
Curah hujan yang tinggi, penumpukan sampah, pendangkalan sungai, drainase buruk, dan minimnnya tanah resapan, merupakan penyebab banjir di Jakarta yang sudah lama teridentifikasi. Pesatnnya urbanisasi ke Jakarta menjadi salah satu faktor kondisi ini.
Tidak diperkirakan sebelumnnya, dalam kurun waktu seratus tahun saja sungguh-sungguh di Jakarta telah mengalami penurunan kualitas sangat besar. Pada abad 19, air sungai-sungai di Jakarta masih bening sehingga bisa digunakan untuk minum, mandi, dan mencuci pakaian.
Bahkan ratusan tahun yang lalu, Sungai Ciliwung banyak dipuji-puji pendatang asing. Disebutkan, pada abad 15-16 Ciliwung merupakan sebuah sungai indah, berair jernih dan bersih, mengalir ditengah kota. Hal ini sangat dirasakan para pedagang yang berlabuh di Pelabuhan Sundakelapa.
Ketika itu Ciliwung mampu menampung 10 kapal dagang dengan kapasitas sampai 100 ton, masuk dan berlabuh dengan aman di Sundakelapa. Kini jangankan kapal besar , kapal kecil saja sulit melayari Ciliwung karena baling-baling kapal hampier selalu tersangkut sampah.
Sumber lain mengatakan, selama ratusan tahun air Ciliwung mengalir bebas, tidak berlumpur, dan tenang. Karena itu banyak kapten kapal asing singgah untuk mengambil air segar yang cukup baik untuk di isiikan ke botol dan guci mereka.
( Djulianto susantio)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar