"KOMUNITAS PECINTA SEJARAH KOTA TUA"

Kamis, 12 Mei 2011

Djalan-djalan ke Pasar Baroe

Satu janm pastilah tidak cukup bagi Dr.Strehler (dalam Bijzonderheden
wegens Batavia en deszelfs omstreken : uit het dagboek gedurende twee reizen derwaart in 1828-1830 van Dr Strehler haarlem: de Wed A Lossjes pz.1833) untuk melihat segala sesuatu yang dapat dilihat di Pasar Baroe.
Apa saja yang dikehendaki ada di pasar itu, mulai dari hasil pertanian sampai ke kerajinan tangan penduduk Batavia. Pedagang makanan mentah berdampingan dengan pedagang makanan jadi yang berbau lezat.
Menu hidangan yang lengkap tersebar di seantero pasar. Nasi kuning di sudut sini dan di sudut sana, keri ikan, keri ayam, sambel, kacang goring, kwe-kwe atau kueh yang dibuat dari beras
Di tempat lain, seorang koki dan pembantunya sibuk memasak. Di bawah tendannya makanan yang amsih mengepul di hidangkan menggunakan daun-daun pisang.
Seorang gadis kecil menawarkan air tebu yang manis kepada lelaki yang melintas di depanya.Tak jauh dari gadis itu, seorang wanita menjua; daun sirih, gambir, dan pinang. Di sebuah warung, beberapa lelaki duduk-duduk minum kopi, sementara di warung lain, dijual arak atau tuak yang dicampur dengan gula jawa.
Di tempat yang agak terpencil beberapa orang asik menghisapcandu. Beberapa diantara mereka tergeletak di warung itu.tertidur atau tak lagi sadarkan diri? Sebelum dapat dihisap dan di nikmati, candu itu dimasak terlebih dahulu, disaring kemudian dicampur dengan tembakau sedikit.Setelah prose situ, candu itu disebut madat.
Madat atau tembakau yang sudah dicampur candu dibentuk menjadi bole-bole kecil yang dapat dilinting menjadi rokok. Bau asap madat yang wangi hampir tak terciumkarena orang-orang itu menghisap asapnnya dalam-dalam dan menelannya.
Tak satu hembusan pun direlakan keluar dari hidung mereka, kalaupun ada asap madat yang berhasil lolos keluar warung itu, baunya hilang tertutup wangi buah-buahan yang dijual di warung sebelahnya.
Disamping pedagang buah-buahan itu, burung, dan ayam dalam kurungan besar dan kecil, mengais-ais dedak padi. Lelaki yang menjual unggas-unggas itu berkelakar dengan tetangganya, seorang pedagang peralatan rumah dan dapur.
Sepasdang suami istri asal jawa menjual aneka tikar. Ditempat lain, seorang lelaki menjual senjata-senjata tajam seperti keris, golok, dan klewang, juga pisau dan kapak.
Bau yang menusuk hidung menunjukan jalan ke pasar ikan yang kecil.
Pasar Baroe ramai oleh suara-suara pedagang dan pembeli tawar-menawar , berkelakar dan tertawa. Suasananya yang ceria lebih mirip dengan suasana meriah di sirkus.
(frieda amran, anggota Asosiasi Antropologi Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar