"KOMUNITAS PECINTA SEJARAH KOTA TUA"

Jumat, 01 Juli 2011

Matraman Medan Pertempura


konon kata matraman diambil dari kata Mataraman, karena kawasan itu dulunya dijadikan perkubuan oleh pasukan Mataram dalam rangka penyerangan kota Batavia melalui darat. Pasukan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung ketika itu dua kali menyerang VOC di Baravia pada tahun 1628 – 1629. sedang VOC saat itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen.
Sejak saat itulah kubu pertahanan Mataram ini kemudian diabadikan menjadi nama tempat sehingga sekarang. Enath karena apa, lidah orang betawi waktu itu menyebut Mataram menjadi Mtraman.
Pada tahun 1811, di daerah Matraman terjadi pertempuran besar antara pasukan Inggris dengan pasukan Belanda yang dimenangkan oleh pasukan Inggris, dan menandai dimulainya masa pendudukan Inggris di Pulau Jawa. Thomas Raffles lalu membangun markas – markas militer dikawasan itu hingga Jatinegara ( Alwi Shahab, 2001 ).
Setelah berbagai pertempuran besar selesai dan beberapa markas militer dibangun, ternyata tidak menjamin daerah Matraman aman. Pada awal tahun 1900-an, kawasan tersebut bahkan menajadi tempat rawan kejahatan. Koran Bintang Betawi, yang terbit untuk wilayah Betawi dan sekitarnya memberitakan beberapa kejahatan yang pernah terjadi disitu, salah satunya dimuat pada tanggal 3 Juli 1902.
“ diceritakan bahwa belum lama berselang, seorang Belanda bernama Tuan V, diserang oleh satu soldadu peranakan yang langsung melompat naik kedalam dos-a-dosnya saat dia melewati daerah antara Salemba dan Mr Cornelis ( Jatinegara ). Setelah berhasil masuk, soldadu ini lantas menusuk Tuan V, beruntung tusukanya luput.
Tuan V segera turun dari dos-a-dosnya, sedang soldadu itu lalu memaksa kusir untuk membawanya pergi dari situ, Tuan V lantas mengambil dos-a-dos lain untuk mengejar soldadu itu. Tapi soldadu itu ternyata langsung berlari masuk ke dalam tangsi, lalu memanjat tembok dan menghilang.”
Saat ini, Matraman masih memiliki reputasi yang kurang sedap. Bentrok antar warga masih sering terjadi hanya karena masalah sepele. Mungkin semangat “ bertempur “ dari pasukan Mataram masih diwarisi oleh penduduk daerah itu, sayang pertempuran itu justru dilakukan sesama saudara sebangsa.
( Lily Utami, pemerhati masalah sosial dan budaya )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar